My Books

My Books
Araska Publisher, 2014. Ellunar, 2014, 2015, 2015.
I LOVE KAMPUS FIKSI - #KAMPUSFIKSI12
Kecewa

Kecewa

 Pernikahan kami padahal baru berjalan tahun ke-2, di sanalah kami saling menilai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kadang aku tiap hari kecewa, karena suamiku lebih suka menghabiskan waktu depan komputernya. Entah itu bekerja atau main game. 

Kadang aku kecewa, kenapa suamiku seperti itu? Apakah kekuranganku amat segunung? sampai dia tidak terlalu suka berdua menghabiskan waktu hanya dengan menonton atau mengobrol? Kita satu atap tapi kenapa terasa sendiri, hanya bangun untuk kerja, lalu tidur pun larut sekali. Minim interaksi, minim kebersamaan.

Capek rasanya jika harus bertengkar karena aku kurang suka dia terlalu egois dengan dunianya. Untuk apa aku menikah tapi tidak mau membimbing? untuk apa menikah tapi lupa dengan peran masing-masing? 

Entah sampai kapan proses menyakitkan ini berjalan. Aku selalu berdoa, semoga suamiku diberi hidayah, terketuk pintu hatinya, sadar dia memiliki istri.  Dia bukanlah bujang yang harus terus larut dengan dunianya. Sadar, dia memiliki tanggungjawab besar atas diriku, sadar dengan akad yang dia ikrarkan!

Takut

Takut

Aku merasa depresi ketika sendirian
Aku takut dengan segala hal.
Aku sangat takut disakiti. Sampai pikiran ini begitu menyaikitku.
Tak jarang aku bisa membenci orang yg kucintai.
Tak jarang aku tak mempercayainya.
Aku takut diri ini tak dicintai dengan sepenuhnya.
Aku takut hanya aku yant begitu besar mencintainya.
Aku takut diabaikan, takut ditinggalkan, aku takut
menghadapi hal yang tak kubayangkan.
Aku tak tahu bagaimana menghadapi diri ini.
Rasanya tidak ada orang yang bisa mengerti diriku.

Aku Rindu Kamu

Aku Rindu Kamu

Biasanya aku yang selalu bilang rindu.
Merecoki layar ponselmu dengan celotehan
tidak penting mungkin "bagimu".
Tapi kamu harus tahu semakin banyak mulut ini
membuatmu berisik, sebesar itulah perasaanku.

Belum habis rinduku meskipun sepanjang hari kutemui. Duduk tidak jauh di samping, kadang tertawa, kadang jengkel. Ketahuilah, meskipun berbulan-bulan telah usai, aku selalu melihat wajahmu diam-diam.

Kamu masih belum paham perasaan ini bermetamorfosis menjadi kian dewasa.
Ia menjadi tidak berisik karena perlahan kamu mengabaikannya. Mungkin kamu mulai jemu dan menyadari aku tidak secantik yang dikira, atau kekurangan-kekuranganku yang membuatmu sedikit bergerak mundur.

Memilihmu sebagai pasangan hidupku, kamu harus siap kurindukan setiap hari. Tapi masih saja kamu tidak paham tentangku. 
Jalani dan Lupakan

Jalani dan Lupakan

Semakin malam seluruh rasa sakitku bermunculan, membuat hati dan pikiran tidak merasa damai. Sering kali tangis muncul melintasi pipi. Mengingat semua yang sudah dihadapi berlalu, kemarin dan hari ini.

Terkadang aku takut saat malam kian larut. Perasaan ini melebur bersama sepi. Apa hanya aku yang merasa merindukannya sendirian?

Berbeda dengan pagi. Perasaanku berubah seperti tidak terjadi apa-apa, tetap bekerja, tertawa, tersenyum dan banyak bicara.

Aku tidak mengerti kenapa aku begini? Semalaman bisa menangis, sepanjang hari bisa tertawa.

Di akhir kesimpulan, aku sadar mengapa aku lebih memilih bertemu banyak orang, melebur dengan keramaian, karena berteman dengan keheningan hanya menggali ingatan tentang luka.

Jatuh Cinta tak selalu membuat tertawa

Jatuh Cinta tak selalu membuat tertawa

Entah aku punya pengalaman bagaimana,
Bagiku jatuh cinta malah membuatku takut segala hal. Takut ditinggalkan, diabaikan, dilupakan, dan takut hanya aku yang jatuh sendirian?

Entah bagaimana cinta itu datang dengan manis, namun berjalan dengan kadar yang semakin menipis.

Entah bagaimana hati ini terasa semakin sakit dan tidak tenang saat cinta mulai menggerogoti kedamaian ini.

Dulu sendiri pun tak masalah, tak dipedulikan pun apa, tak dirindukan siapa pun juga tak membuat hidupku kosong, karena dulu hatiku tak terisi siapa pun. Hatiku hanya tentang diriku.

Tapi cinta kadang merusak semua itu. Entah cinta seperti apa yang membuatku tidak pernah terluka. Karena pada kesimpulan terakhir Cinta selalu berjalan dengan luka.

Kau hanya menangis sendirian saat cintanya padamu seperti debu yang semakin terempas angin.

Aku takut menghabiskan sepanjang hidupku dengan seseorang yang tidak setia hatinya.

Aku takut, ya Allah. 
Manusia itu adalah aku

Manusia itu adalah aku

Matahari pun tidak pernah marah meski sedikit sekali orang peduli padanya. 
Tapi manusia dikaruniai perasaan dan akal. Dia mampu sakit hati, bahagia, tertawa dan menangis. Terkadang dia lebih lemah dari makhluk atau benda apa pun di muka bumi, terkadang dia lebih kuat dari apa pun. 

Kekuatan manusia ada pada hati dan pikirannya. Bagaimana ia bisa merasa sempit jika dirinya merasa terlalu kecil dan lemah. 

Manusia itu adalah aku. 

Apa Impianmu?


Apa Impianmu?
Berapa lama hiatus menulis? Keinginan menulis ini terkumpul lagi setelah malam ahad ini keliling kota untuk menyegarkan pikiran. Apa sebenarnya yang kumau? Melihat pendar warna-warni air mancur yang kupikirkan semuanya hanyalah fatamorgana.


Hal seperti apa yang bisa kulakukan dengan ikhlas tanpa terbebani “Berapa dunia membayarku?” Sekali lagi aku merenung. Aku suka menggambar, namun bukan untuk individu tertentu atau hanya untuk diriku. Entah kenapa aku selalu senang hati menyumbangkan karya dan tenagaku untuk kerelawanan. Sebanyak apa pun waktu kuhabiskan dan keringat yang keluar untuk kemanusiaan, aku tidak pernah merasa sia-sia meskipun tidak pernah memperoleh uang secuil pun.

Kadang aku menangis, karena aku tidak punya banyak waktu untuk ikut semua kegiatan kerelawanan. Aku harus tetap bekerja, aku punya adik dan keluarga, mereka juga sama berharganya seperti semua orang yang sedang membutuhkan bantuan. Aku ingin egois dan lari dari rutinitas membosankan ini. Aku ingin fokus menjadi relawan. Namun realita tidak pernah libur, ia selalu bersisian bersamaku.

Perhatikanlah orang lain, namun jangan pernah mengabaikan kepentinganmu juga, fy.

Jerit itu selalu ada. Namun aku tidak pernah bahagia jika hanya memikirkan impianku. Karena salah satu impianku adalah membahagiakan semua orang. Aku tidak bisa menjadi orang hebat seperti Iman Usman, Sandiaga Uno, Belva yang bisa membuka lapangan pekerjaan, tapi aku dikaruniai hati dan rasa empati yang tinggi. Aku tidak bisa memberi materi, aku tidak bisa memberi pekerjaan, namun aku masih bisa memberi senyuman bukan? Aku masih bisa menuangkan air, memberi pelukan. Siapa tahu itu juga menjadi dorongan untuk mereka? Mereka yang jauh tidak beruntung dariku.

Aku selalu bilang aku lelah dengan segala standar dunia. Aku membaca buku bukan karena ingin disebut rajin atau pintar oleh orang lain, aku menulis bukan ingin disebut penulis, aku belajar design bukan untuk menjadi designer terkenal, aku ingin menjadi guru bukan karena ingin disebut guru. Aku hanya ingin berbagi sedikit apa yang kuperoleh. Aku ingin memberi terbaik untuk siapa pun, biarpun semua yang kuperoleh adalah copy-paste. Aku ingin bahagia dengan caraku.

Aku ingin bahagia dengan caraku. Dari sana orang-orang yang benar dekat denganku akan terseleksi sendirinya. Dari segi apa menghargaiku, dari segi apa menghadapiku, dari segi apa menilaiku.

Dengan jalan yang kupilih, aku harus memiliki hati yang sangat besar. Kuat menampung segala jenis sudut pandang. 

Prioritasku sudah bukan materi lagi, hidup ini pendek. Aku tidak punya banyak waktu untuk mengejar semua itu, hidup ini pendek, aku tidak punya banyak waktu untuk mempercantik diri, hidup ini pendek, aku tidak punya banyak waktu untuk mengejar ambisiku. Hidup ini pendek, dan akhirat itu panjang, siapa yang akan menjadi penolongku kelak? Semoga semua orang yang pernah bersinggungan denganku, yang pernah kupeluk, yang pernah kutuangkan air untuknya, yang pernah kuberi cerita, dan siapa pun itu bisa bertemu lagi di akhirat, bisa menjadi salah satu penyelamatku.

Ya Allah, berilah aku waktu lebih banyak untuk berjuang di jalanMu.