Apa Impianmu?
Berapa lama hiatus menulis? Keinginan menulis ini
terkumpul lagi setelah malam ahad ini keliling kota untuk menyegarkan pikiran.
Apa sebenarnya yang kumau? Melihat pendar warna-warni air mancur yang
kupikirkan semuanya hanyalah fatamorgana.
Hal seperti apa yang bisa kulakukan dengan ikhlas tanpa
terbebani “Berapa dunia membayarku?” Sekali lagi aku merenung. Aku suka
menggambar, namun bukan untuk individu tertentu atau hanya untuk diriku. Entah kenapa
aku selalu senang hati menyumbangkan karya dan tenagaku untuk kerelawanan. Sebanyak
apa pun waktu kuhabiskan dan keringat yang keluar untuk kemanusiaan, aku tidak
pernah merasa sia-sia meskipun tidak pernah memperoleh uang secuil pun.
Kadang aku menangis, karena aku tidak punya banyak waktu
untuk ikut semua kegiatan kerelawanan. Aku harus tetap bekerja, aku punya adik
dan keluarga, mereka juga sama berharganya seperti semua orang yang sedang
membutuhkan bantuan. Aku ingin egois dan lari dari rutinitas membosankan ini. Aku
ingin fokus menjadi relawan. Namun realita tidak pernah libur, ia selalu
bersisian bersamaku.
Perhatikanlah orang lain, namun jangan pernah mengabaikan kepentinganmu
juga, fy.
Jerit itu selalu ada. Namun aku tidak pernah bahagia jika
hanya memikirkan impianku. Karena salah satu impianku adalah membahagiakan
semua orang. Aku tidak bisa menjadi orang hebat seperti Iman Usman, Sandiaga
Uno, Belva yang bisa membuka lapangan pekerjaan, tapi aku dikaruniai hati dan
rasa empati yang tinggi. Aku tidak bisa memberi materi, aku tidak bisa memberi
pekerjaan, namun aku masih bisa memberi senyuman bukan? Aku masih bisa menuangkan
air, memberi pelukan. Siapa tahu itu juga menjadi dorongan untuk mereka? Mereka
yang jauh tidak beruntung dariku.
Aku selalu bilang aku lelah dengan segala standar dunia.
Aku membaca buku bukan karena ingin disebut rajin atau pintar oleh orang lain,
aku menulis bukan ingin disebut penulis, aku belajar design bukan untuk menjadi
designer terkenal, aku ingin menjadi guru bukan karena ingin disebut guru. Aku hanya
ingin berbagi sedikit apa yang kuperoleh. Aku ingin memberi terbaik untuk siapa
pun, biarpun semua yang kuperoleh adalah copy-paste. Aku ingin bahagia dengan
caraku.
Aku ingin bahagia dengan caraku. Dari sana orang-orang
yang benar dekat denganku akan terseleksi sendirinya. Dari segi apa
menghargaiku, dari segi apa menghadapiku, dari segi apa menilaiku.
Dengan jalan yang kupilih, aku harus memiliki hati yang
sangat besar. Kuat menampung segala jenis sudut pandang.
Prioritasku sudah
bukan materi lagi, hidup ini pendek. Aku tidak punya banyak waktu untuk
mengejar semua itu, hidup ini pendek, aku tidak punya banyak waktu untuk
mempercantik diri, hidup ini pendek, aku tidak punya banyak waktu untuk
mengejar ambisiku. Hidup ini pendek, dan akhirat itu panjang, siapa yang akan
menjadi penolongku kelak? Semoga semua orang yang pernah bersinggungan
denganku, yang pernah kupeluk, yang pernah kutuangkan air untuknya, yang pernah
kuberi cerita, dan siapa pun itu bisa bertemu lagi di akhirat, bisa menjadi salah
satu penyelamatku.
Ya Allah, berilah aku waktu lebih banyak untuk berjuang di jalanMu.