Jangan Rugi
(Alfy Maghfira)
Ukh! Lala
menggerutu karena jadwal olahraga ditetapkan jam 9 siang. Pikir Lala, kalau
jam 9, ‘kan panas. Selepas pelajaran Matematika, semua anak-anak kelas dua SD
Nusa Bangsa diwajibkan berukmpul di lapangan sepakbola, begitupula dengan Lala.
sumber: kidnesia.com |
“Ayo anak-anak semuanya berbaris. Satu
barisan sebanyak 10 orang,” ujar Pak Azhar. Beliau adalah guru olahraga.
Terkadang Lala suka geli kalau melihat kumis Pak Azhar yang tipis banget. Jadi
inget ayah di rumah.
Belum juga olahraga dimulai, Lala
sudah merasa kepanasan. Keringat-keringat udah pada nempel di kulit, Lala
menggerutu kembali, “Pak, kita olahraganya di kelas aja. Panas.”
Pak Azhar tersenyum kemudian
menimpali Lala, “Lala, kalau olahraganya di kelas, kalian enggak akan bebas
bergerak.”
Bibir Lala cemberut. Dia kecewa. Sementara
Pak Azhar meniupkan peluit yang sering dikalungkan di lehernya.
Priiit!!!
Bunyi peluit itu sontak membuat
anak-anak membuat 3 barisan. Pak Azhar menyuruh merentangkan tangan kemudian
melakukan gerakan kepala ke kiri-kanan sambil menghitung hingga 10.
Tapi Lala tetap saja tidak
bersemangat, rambut Lala yang diekor kuda terasa udah lepek gara-gara bau
keringat. Lala tidak ikut menghitung, dan gerakannya pun tidak kompak dengan
teman-temannya.
Lala tahu kalau olahraga itu membuat
tubuh sehat. Dia ingat ucapan ibu yang sering mengajak Lala lari pagi tapi Lala
menolak, “Ayo, Lala. Kita lari pagi, ini kan hari minggu. Kalau kita olahraga
secara teratur, tubuh kita bakal sehat. Enggak akan loyo,” ajakan ibu setiap
hari minggu.
“Enggak mau ah, capek,” timpal Lala.
Biasanya hari minggu Lala sering menghabiskan waktu untuk menonton kartu.
“Capek, karena kamu belum biasan,
Nak,” nasihat ibu membekas di pikiran Lala. Sekarang Lala yang dijadwalkan
olahraga setiap hari Rabu pun masih malas-malasan dan banyak alasan. Contohnya
tadi, Lala mengeluh panas, capek.
Ibu
benar....
Kemudian Lala menjadi semangat. Dia
mengangkat kepalanya. Aduh, Lala udah banyak ketinggalan gerakan senam dari Pak
Azhar. Nina, yang tidak lain teman sebangku Lala terlihat jauh bersemangat
daripada Lala. Nina tersenyum kemudian berkata, “Lala, ayo semangat!”
Senangnya, ternyata Nina adalah
teman yang baik. Lala enggak mau kalah sama Nina. Sekarang, Lala ikut berhitung
merentangkan tangan dan menggerakannya ke atas-bawah. Usai olahraga, badan Lala
jadi segar dan bertenaga. Rasanya ingin cepat hari minggu, Lala tidak sabar
ingin ikut lari pagi bersama ibu.
***
Hari Minggu.
Pagi ini, ibu
merasa aneh melihat Lala memakai baju olahraganya yang berwarna merah. Sementara
ibu dan ayah juga sudah memakai baju
olahraganya. Lala sudah duduk di ruang tamu menunggu keduaorangtua-nya keluar
dari kamar.
“Loh, Lala tumben nih enggak nonton
kartun?”
Tiba-tiba Lala cemberut. “Ikh, Ibu.
Lala ‘kan mau ikut olahraga sama Ibu. Biar badan Lala sehat kayak Ayah dan Ibu,”
ujar Lala sambil bersedekap.
Ibu dan ayah tersenyum senang. Kemudian
ibu duduk di samping Lala dan membelai rambut Lala yang dikuncir dua. “Senangnya,
ternyata anak ibu itu anak yang baik. Ayo kalau begitu!” seru ibu sambil meraih
tangan Lala sebelah kanan.
“Gitu dong! Olahraga ‘kan enggak
rugi, Nak. Malah badan kamu bakal sehat bugar dan kuat kayak Popay! Masa,
sering nonton kartun Popay tapi eggak tahu kesehatan. Popay juga sering
olahraga berarti Lala juga mesti olahraga secara teratur,” kata ayah sembari
meraih tangan Lala yang sebelah kiri.
“Uukh, Ayah! Popay kan sehat karena
suka makan bayam bukan olahraga,” Lala menggerutu tapi akhirnya tersenyum bahagia.
END