Menampias
Airmata
(Alfy
Maghfira)
eramuslim.com |
Siapa
pun boleh protes dengan kehidupan ini. Termasuk saya—Asma—yang kelewat
bisu—membungkam seluruh beban yang terasa memuakkan di dada, kepala, tangan,
kaki, mata hingga usus-ususku!
Jika bisa saya ingin menjereng beban
ini, dan melemparkannya pada Tuhan. Tapi... dalam perjalanan yang terseok-seok
ini, pun linglung saat menemui perempatan. Banyak orang yang berbisik,
berteriak, membujuk rayu agar saya memilih jalan yang mereka tunjukkan.
“Lurus! Lurus!” teriaknya bak tukang
parkir.
“Kanan aja, di sana bisa makan
gratis!”
“Kiri, bisa lihat pegunungan!”
Ah, sebagai manusia mana bisa saya
terawang di jalan sana seperti apa? Hari itu saya memilih menyisi saja di
emperan. Sesekali menengok matahari, siapa tahu masih sudi menerangi jalan
saya.
Menimbang kembali, saya harus
memilih jalan mana. Jalan mana yang membawa ke surga? Apa benar mulut-mulut itu
berkata seadanya? Bukan mengada-ada? Benar. Memang benar rasanya manusia di
dunia ini sulit untuk saya percayai. Manis hanya di lidah saja, hati siapa yang
bisa menduga, siapa tahu dia sedang dusta?
Apa saya harus menggunakan logika
atau nurani? Sekali lagi saya bimbang hingga matahari kian ditelan langit pun
saya masih penuh perhitungan ke manakah saya harus mengembara?
“Mau ke mana?” tanya seorang kakek
yang tiba-tiba saja menghampiri saya yang sedang berjongkok.
Saya mendongak. Heran. Tapi saya
berusaha tersenyum meskipun hambar. “Mau ketemu Tuhan.”
Kakek itu tertawa. “Mau ngapain ketemu
Tuhan? Sing waras ngomong teh,” dia akhirnya mencibir saya.
“Biar saya menangis saja depan
Tuhan,” timpal saya.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Cerpen
dengan judul Menampias Airmata. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://keepmirotic.blogspot.com/2017/06/menampias-airmata.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Alfy Maghfira - Rabu, 07 Juni 2017
Belum ada komentar untuk "Menampias Airmata"
Posting Komentar