Crayon untuk Lulu
(Alfy
Maghfira)
Pelajaran kesenian tadi cukup menyenangkan bagi
Lala. Ibu Neni, guru kesenian Lala saat itu mengajak anak kelas 1 A SD Harapan
Bangsa ikut menyanyikan lagu Desaku. Dan Bu Neni memberikan tantangan, siapa
yang bisa menghapalkan lagu itu dan menyanyikannya di depan kelas minggu depan,
akan dapat hadiah.
sumber: abcteach.com |
Lala
tersenyum sendirian di depan kelas 1 B. Sambil berusaha menghapal lirik lagu
yang baru saja dinyanyikan bersama di kelasnya, dia juga menunggu saudara
kembarnya, Lulu. Sebenarnya Lala cukup sedih kenapa sih mereka harus berbeda
kelas? Padahal ‘kan Lala dan Lulu itu saudara kembar.
Tidak
lama suara anak-anak berhamburan dari dalam kelas. Mereka berebutan ingin
segera pulang. Padahal dengan berjalan tertib pun, mereka sudah pasti pulang,
pikir Lala sambil memperhatikan teman-teman Lulu.
“Kak
Lulu!” seru Lala sambil berdiri dari bangku panjang yang berada di depan kelas
1 B.
Lulu
yang rambutnya panjang dikuncir dua tidak berbeda jauh dengan Lala yang juga
seperti itu. Ransel mereka juga sama, hanya saja Lala suka warna merah dan Lulu
warna biru.
“Makasih
udah nungguin Kakak,” kata Lulu sambil menarik tangan Lala. Mereka jalan berdua
menuju rumah yang tidak jauh dari sekolah.
Sepanjang
perjalanan, Lala terus bernyanyi meskipun sesekali berhenti dan melihat kembali
liriknya yang ditulis di buku. Sementara Lulu hanya mendengarkan adiknya
bernyanyi tidak jelas.
“La,
kamu ngapain sih nyanyi kayak gitu? Berisik tahu,” gerutu Lulu, heran.
“Ikh,
Kakak. Lala lagi menghapal lagu Desaku, biar dapat hadiah dari Bu Neni!” Seru
Lalas diakhiri tawa. Gigi Lala ternyata ompong di bagian depan karena
kebanyakan makan cokelat.
“Nanti
aja di rumah, deh. Kalau kamu belajar sambil jalan gini nanti kamu jatuh. Tuh
lihat di sini ‘kan banyak batu kecil. Tuh di sana ada kulit pisang,” tegur Lulu
sambil menunjuk-nunjuk batu dan sampah yang berada di depan.
Akhirnya
Lala mendengarkan ucapan kakaknya. Dan memasukan kembali buku tulisnya.
***
Selama satu minggu ini Lala terus bernyanyi lagu
Desaku karya Ibu Soed, ibu pun sampai-sampai tersenyum, kadang tertawa juga
kalau Lala lupa lirik. Sementara Lulu menyimak dan membetulkan lirik yang
salah.
Ibu
bilang senang melihat Lala dan Lulu saling membantu. Dan kata ibu Lulu harus
jadi kakak yang baik bagi Lala.
“Semangat,
ya, La! Semoga berhasil!” kata Lulu saat adiknya hendak ke dalam kelas.
Lala
tersenyum, “Iya, Kak! Makasih!”
Semua
anak kelas 1 A sudah duduk antusias. Kebetulan pelajaran pertama adalah
pelajaran matematika. Uuh, Lala enggak suka sama pelajaran matematika, pikirnya
susah. Tapi kata ibu, susah itu karena tidak biasa belajar, kalau Lala rajin
belajar lama-lama nanti juga bisa.
Akhirnya
pelajaran kesenian tiba dan Lala langsung mengacungkan tangan, memberanikan
diri untuk maju ke depan menyanyikan lagu yang sudah ditugaskan sejak satu
minggu lalu.
“Wah,
Lala hebat! Ayo maju, Nak!” seru Bu Neni sambil memberikan tepuk tangan.
Begitupula dengan teman-teman yang lain mereka bersorak dan menyemangati Lala.
Sebenarnya
Lala deg-degan saat dia berada di depan teman-teman semuanya. Uh, telapak
tangan Lala jadi berkeringat, tapi dia percaya kalau Lala pasti bisa
menyanyikan Lagu Desaku dengan lancar. Kemudian Lala Pun bernyanyi dengan
tenang.
Desaku yang kucinta, pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan, Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan, desaku yang permai
Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan, Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan, desaku yang permai
Desaku yang kucinta, pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan, Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan, desaku yang permai
Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan, Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan, desaku yang permai
“Hore!!
Lala berhasil!” Bu Neni dan teman-teman ikut bertepuk tangan dan bersorak
bergembira.
Lala
menyanyikan lagu itu dengan sangat baik dan iramanya pun bagus. Bu Neni jadi
bangga sama Lala, ternyata suaranya juga bagus. Kemudian Bu Neni memberikan
hadiah berupa dua paket crayon
warna-warni.
“Ini
hadiah untuk Lala, bisa digunaka untuk nanti saat kesenian menggambar, ya,”
kata Bu Neni sambil menyodorkan crayon
itu pada Lala.
***
Lala berjingkrak senang di rumah. Dia bercerita pada
ibu tentang tadi siang di sekolah kalau Lala menyanyi sangat baik bahkan dipuji
dan diberi hadiah oleh Bu Neni.
“Wah,
La. Kakak boleh dong minta satu, ya?” kata Lulu sambil melihat ke arah crayon yang dipegangi Lala.
Tapi
tiba-tiba Lala malah menyembunyikan tangan di belakangnya. Kemudian Lala
menggeleng. Tidak mau. Uh, ibu kecewa melihat Lala bersikap tidak berbagi sama
Lulu. Begitupula dengan Lulu, dia ikut cemberut.
“Loh,
Lala kok gitu. Itu ‘kan ada dua. Berbagi itu indah, Nak,” nasihat ibu pada
Lala.
“Tapi
‘kan, Bu, hadiah ini Lala yang dapetin. Kak Lulu ‘kan enggak ikut nyanyi,”
timpal Lala sambil tertunduk.
Kemudian
Lulu tiba-tiba saja berlari ke kamar dan menangis. Ibu jadi sedih mendengarnya,
sementara Lala masih tertunduk dan ikut merasa bersalah.
“Lala,
anak ibu yang baik dan pintar pasti tahu ‘kan kalau berbagi itu perbuatan
terpuji. Ibu guru pun bakal senang kalau Lala mau memberikan satu paket crayon kamu sama Lulu. Lala ingat, Kak
Lulu juga ikut bantu kamu menghapal lagu Desaku. Hayo, kita saling berbagi
kebaikan, Nak,” ujar ibu begitu lembut pada Lala.
***
Keesokannya, Lulu terkejut melihat selembar kertas
dan satu paket crayon milik Lala
sudah ada di meja belajarnya. Tapi Lulu lebih tertarik membaca tulisan di
kertas itu.
“Crayon itu hadiah buat Kakak yang udah
bantuin Lala. Maafin Lala, ya, Kak.”
Begitulah
tulisan crayon merah dari Lala untuk Lulu.
END
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Cerpen anak /
Kepenulisan
dengan judul Cerpen Anak - Crayon untuk Lulu . Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://keepmirotic.blogspot.com/2015/09/cerpen-anak-crayon-untuk-lulu.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Alfy Maghfira - Selasa, 01 September 2015
Hai, Teh. Sudah baca nih. Udah mulai mengalir kok. Pesan moralnya ada. Konfliknya sederhana.
BalasHapusTapi kalau tokohnya anak kelas 1 SD rasanya bahasa masih terlalu dewasa. Mungkin tokohnya bisa diubah jadi kelas 4 atau 3. Tapi kalau mau tetap pakai tokoh kelas 1 SD, ya bahasanya disederhananin. Diusahakan tidak terlalu panjang-panjang kalimatnya.
Kayaknya itu deh, tapi ini udah bagus penyajiannya enggak tersendat. Tinggal ngerapiin aja. yang penting ingat kalau cerita anak itu, campur tangan orang dewasa (dlm pemecahan masalah) tidak terlalu banyak. Biar anak yang menyelesaikan masalah sendiri.
Aku juga masih belajar.
Semangat, Teh Alfy.