Sumber: Goodreads.com |
Judul : Angin Bersyair
Genre : Sastra
Penulis : Andrei Aksana
Editor : Hetih Rusli
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2014
ISBN : 9786020311586
Tebal : 216 halaman
Harga : Rp. 55.000
Sinopsis :
Berbekal secarik kertas aku
berangkat. Dituliskan begitu tergesa oleh Kiev, arsitek yang menjadi kekasihku,
di atas selembar kertas yang sembarang dirobek. Alamat tanpa nama jalan dan
nomor, membawaku menjelajahi Ubud.
Di sanalah aku memulai titik nol. Membaca isyarat-isyarat alam yang disampaikan sawah, sungai, lembah. Mempertemukanku dengan Raka, dosen seni dan pelukis, yang mengajariku tentang ketabahan yang sederhana, dan Nawang, dunia yang diam, yang memperkenalkanku kepada angin.
Jawaban yang kucari malah menuntunku menemukan kertas-kertas yang lain. Rahasia-rahasia, yang dikisahkan angin....
Di sanalah aku memulai titik nol. Membaca isyarat-isyarat alam yang disampaikan sawah, sungai, lembah. Mempertemukanku dengan Raka, dosen seni dan pelukis, yang mengajariku tentang ketabahan yang sederhana, dan Nawang, dunia yang diam, yang memperkenalkanku kepada angin.
Jawaban yang kucari malah menuntunku menemukan kertas-kertas yang lain. Rahasia-rahasia, yang dikisahkan angin....
***
Akhirnya
selesai juga saya baca. Sebenarnya awal saya niat baca novel sastra ini karena
ingin memperluas genre bacaan saya. Biar lebih seger begitu, karena akhir-akhir
ini saya lagi jemu sekali dengan novel-novel populer. Dan tentu saya belum
pantas mengomentari novel aduhai ini. Begitu saya membaca bagian pembukanya
saja sudah bikin saya mulai menandai
penulis Andrei Aksana sebagai favorit saya.
Saya suka sekali filosofi-filosofi
alam yang Penulis tuangkan. Itu cukup membuat saya terbuai dan tidak bisa
berhenti untuk menikmati karya Andrei Aksana yang lainnya.
***
Awalnya
saya suka dengan cerita Sukma sebagai wanita simpanan Kiev, tapi setelah pindah
ke Ubud dan berkenalan dengan Raka, selera bacaku jadi menguap terutama di
bagian pertengahan. Pendapat saya, si Raka terlalu muluk menceritakan Ubud.
Tapi sejujurnya dibanding Raka dan Sukma, saya lebih tertarik dengan tokoh
Nawang yang lebih mendasari cerita, ia bersikap tertutup dan menutup-nutupi
sesuatu dari Sukma dan Raka.
Saya cukup tersentuh dengan puisi Nawang yang diketahui Sukma:
Saya cukup tersentuh dengan puisi Nawang yang diketahui Sukma:
Bli,
Jadilah angin bagi awan-awanku
Hingga aku tak lagi ragu berarak
Ke tempat tujuan kita
Bli,
Jadilah angin bagi layang-layangku
Hingga aku tak lagi takut mengarungi
Angkasa harapan kita
Bli,
Jadilah burung-burung yang kita bebaskan
Menuntun jalan mereka
Kembali ke sarang
Bli,
Jadilah angin
Yang menghidupkan angan-anganku....
***
Akhir
kata, saya rekomendasikan novel nyastra ini untuk para penggila sastra atau
yang sedang belajar memperkaya diksinya. Rating untuk novel ini saya ingin kasih 4,
tapi saya cukup kecewa dengan alur ceritanya, jadi rate untuk novel ini di
angka 3.5 saja.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Kepenulisan /
Resensi
dengan judul [Resensi] Novel Angin Bersyair-Andrei Aksana. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://keepmirotic.blogspot.com/2016/01/resensi-novel-angin-bersyair-andrei.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Alfy Maghfira - Kamis, 07 Januari 2016
Belum ada komentar untuk "[Resensi] Novel Angin Bersyair-Andrei Aksana"
Posting Komentar