My Books

My Books
Araska Publisher, 2014. Ellunar, 2014, 2015, 2015.
I LOVE KAMPUS FIKSI - #KAMPUSFIKSI12

[Resensi Happiness] Menjemput Bahagia, Dengan Cara Bersyukur

[Resensi Happiness] Menemput Bahagia, Dengan Cara Bersyukur

Judul               : Happiness
Penulis             : Fakhrisina Amalia
Penerbit           : Ice Cube
Tahun Terbit    :Agustus 2015
Genre              : Young Adult
happiness novel
sumber: goodreads.com

Happiness merupakan novel yang diterbitkan berkat sayembara menulis yang diadakan oleh Penerbit Ice Cube pada tahun 2014 dengan slogan, “Merajut Cerita Apa Adanya.”
            Sebenarnya awal saya tertarik dengan novel ini karena cover yang unik bernuansa warna hitam dan putih. Terkesan horor sih kalau enggak baca sinopsisnya, tapi isinya jauh dari kata horor.
            Tokoh utama yang berperan dalam Happines dilakoni oleh 4 tokoh utama, itu menurut pendapatku. [1] Tokoh utama yang pertama yaitu Ceria Dandelia, seorang gadis remaja yang beranjak dewasa namun memiliki sifat dengki yang enggak ketulungan, ambisius, emosional, manja, tapi tergolong anak yang patuh terhadap orangtuanya, paling bontot soal pelajaran hitung-hitungan. [2] Farhan, merupakan kakak dari Ceria, dia penolong, sayang keluarga terutama sama Ceria, pintar hitung-hitungan, sabar, bijaksana, sejujurnya aku hampir enggak nemu cacatnya Farhan, terkesan perfectionis. [3] Reina, rival Ceria di SMA. Ramah, baik hati, penolong, tidak pendendam,  jago matematika. [4] Doni, teman satu SMA Ceria. Dia itu baik, tapi pandai juga mengendalikan perasaan, pintar, sabar, bagiku sifatnya hampir mirip dengan Farhan.
***
            Ceria memiliki impian menjadi seorang penulis atau pemandu wisata. Dia jago bahasa inggris dan berkomunikasi. Namun passion-nya harus dikubur dalam-dalam akibat perlakuan keduaorangtuanya yang sering membanding-bandingkan Ceria dengan Reina, yang tak lain teman satu kelasnya sejak kecil, sekaligus tetangga Ceria. Reina yang pintar matematika, sementara Ceria selalu keteteran dengan pelajaran itu membuat Ceria gerah dan muak karena merasa selalu kalah saing dengan Reina.
            Mama yang menuntut Ceria buat masuk jurusan eksakta khususnya matematika, membuat Ceria memaksakan diri mati-matian belajar matematika sepanjang hari. Akibat ambisinya itu, Ceria memusuhi Reina dan enggan berteman dengan teman-teman sekelasnya karena Reina selalu menjadi istimewa bagi teman-temannya. Beruntung Ceria memiliki Farhan, yang selalu membantu kesulitannya menyelesaikan tugas matematika. Meskipun begitu Farhan sering menasihati Ceria untuk kembali lagi pada impiannya.
            Di tengah cerita Farhan pacaran dengan Reina. Tentu saja Ceria tidak setuju dan marah besar pada abangnya itu. Saat itulah dia merasa seluruh orang yang ada di sisinya telah Reina curi darinya. Mulai dari Mama, Papa, guru-gurunya, teman satu kelas dan terakhir Farhan. Itulah awal hubungan Ceria dan Farhan memburuk bahkan dia berhenti meminta bantuan pada abangnya untuk menyelesaikan tugas matematikanya.
            Tak ada akar rotan pun jadi, ternyata masih ada Doni yang bersedia menggantikan Farhan untuk mengajari Ceria matematika setiap hari saat UN semakin dekat. Hubungan buruk Ceria dengan Farhan berlanjut hingga Ceria menjadi mahasiswa jurusan MIPA. Tapi sayang, di sanalah Ceria merasa menjadi mahasiswa yang paling bodoh di jurusannya berbanding terbalik dengan Reina yang semakin menanjak saja.
***
Hal Yang Menarik
1.      Judul
Happines yang berarti ‘Kebahagiaan’. Cerita yang mengalir menggambarkan apa itu
‘Bahagia’? Dan bagaimana caranya ‘Bahagia’?
            Bagi Ceria, kebahagiaan itu akan datang jika dia bisa membanggakan Papa dan Mama-nya dengan masuk jurusan matematika. Tapi karena Ceria memaksakan diri, dia malah terasa tersiksa, tidak pernah puas dengan hasil maksimalnya. Hingga disadarinya ‘Kebahagiaan’ itu adalah dengan cara mensyukuri apa yang dimiliki, disukai dan menjalani hidup sesuai dengan keinginannya dan hidup menjadi diri sendiri.
2.      Kutipan
Novel ini sejujurnya sarat akan makna yang inspirtif bagi remaja yang kini ditimpa kegalauan karena bingung pilih jurusan. Atau mereka yang terkekang oleh ambisi orangtuanya, novel ini memberikan sekilas cerita yang sangat baik dan positif.
“Boleh saja kamu iri dengan kemampuan orang lain, tapi bukan berarti kamu harus seperti dirinya atau membuat dirinya terlihat buruk di mata orang lain. Kita punya kelebihan masing-masing. Bersyukurlah.” [Farhan, hal.186]
Nah, ada kutipan yang ‘jleb’ ke dalam hati. Dan saya sangat menyukainya.
“Pendengki tidak akan bahagia, Cherry.” [Farhan, hal. 186]
3.      Pesan Moral
Dan masih banyak lagi kutipan yang tidak bisa saya paparkan di sini, karena novel ini memang memberikan pesan yang sangat baik untuk para remaja dan orangtua. Di mana psikolog anak juga dipengaruhi oleh didikan orangtua. Terlalu sering membanding-bandingkan anak dengan orang lain justru membuat anak tidak percaya diri dan kehilangan ‘pengakuan’ dari orangtuanya, seperti yang terjadi pada Ceria.
***
Well, penulis berhasil membuat cerita ini ringan, mengalir dan nyaris tidak membuat saya merasa bosan di setiap bab. Dia pintar memilih kata-kata sehingga dari sekian banyaknya pesan yang tersirat, saya merasa tidak digurui. Dan, karakter tokoh yang dibangun pun sukses membuat saya naik darah. Terutama sama karakter Ceria, jujur aku enggak simpati banget sama karakternya dan Mama-nya, oh God,  gregetan banget punya Mama macem dia.
            Tapi, ada hal yang membuat saya bertanya-tanya tentang usia tokoh Farhan. Saya menerka Farhan dengan Ceria usianya tidak terpaut lebih dari 5 tahun, karena melihat interval jenjang pendidikan Ceria yang SMA sedangkan Farhan Kuliah. Tapi diceritakan nama Ceria Dandelia itu diberikan oleh Farhan saat kecil. Oke, saya bermain logika, apa mungkin anak kecil mampu bermain analogi tentang bunga Dandelion?
            “Kamu tahu gak kenapa nama kamu Ceria Dandelia?” tanya Farhan pada Ceria. “Abang yang kasih nama itu.”
            “Oh, ya?” Ceria menatap abangnya bersemangat. “Kenapa Abang kasih nama itu?”
            “Karena Abang ingin kamu selalu ceria, selalu bahagia, dan selalu punya harapan seperti dandelion, yang menerbangkan bibitnya sejauh mungkin tanpa takut tersesat atau jatuh di tempat yang tidak diinginkan.” [Hal. 187]
            Dan saat Farhan kecelakaan, saya merasa cerita di sini samar dan enggak bisa menerima alasan kecelakaan Farhan. Bagi saya terasa dibuat-buat. Pertama kenapa Farhan dibuat SMS-an sambil nunggangin motor, padahal ‘kan Farhan enggak lagi ngebet pengin cepat temuin Ceria di rumah. Biasanya orang SMS sambil nunggangin motor itu karena lagi terburu-buru, atau lagi bales SMS yang urgent.
            Akhir kata, novel ini benar-benar apa adanya dalam kehidupan remaja sekolahan.


Share '[Resensi Happiness] Menjemput Bahagia, Dengan Cara Bersyukur' On ...

Ditulis oleh: Alfy Maghfira - Selasa, 01 September 2015

Belum ada komentar untuk "[Resensi Happiness] Menjemput Bahagia, Dengan Cara Bersyukur"

Posting Komentar