My Books

My Books
Araska Publisher, 2014. Ellunar, 2014, 2015, 2015.
I LOVE KAMPUS FIKSI - #KAMPUSFIKSI12

[Resensi Looking for Alaska] Kehidupan, Penderitaan, Penyesalan dan Kematian

[Resensi Looking for Alaska] Kehidupan, Penderitaan, Penyesalan dan Kematian

Judul              : Looking for Alaska (Mencari Alaska)
Penulis            : John Green
Diterjemahkan dan Diterbitkan oleh: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit  : Cetakan ketiga Septembr 2014
Genre             : Young Adult
Tebal              : 286 Halaman
john green
sumber: gramedia.tumblir.com

Sebuah novel remaja yang memberikan pesan moral secara abstrak, sehingga memaksa harus lebih teliti dan menelaah setiap kepingan cerita yang disajikan.
            Karya John Green ini menurut saya, cukup apik memaparkan maksud cerita. Ini benar-benar bukan sekedar cerita remaja murahan yang cengeng atau melonjak-lonjak sembarangan. Dibumbui dengan berbagai kutipan dari kata-kata terakhir oleh orang-orang mati sehingga mambuat pembaca ikut memecahkan teka-teki kata-kata terakhir tersebut.
***
SEBELUM
Miles Halter, seorang laki-laki remaja yang suka sekali mengingat kata-kata terakhir orang yang akan mati. Namun di balik rasa tertariknya itu, Miles merasakan hidupnya terasa biasa saja, tidak ada yang istimewa. Hingga suatu hari ia memutuskan untuk pindah sekolah ke Culver Creek, hanya untuk membuktikan kata-kata terakhir dari Francois Rabelais (seorang penulis yang sudah lama mati) yaitu, “Aku pergi untuk mencari ‘Kemungkinan Besar’. Itulah alasanku pergi. Agar aku tak harus menunggu sampai mati untuk mulai mencari ‘Kemungkinan Besar’.”
            Culver Creek merupakan sekolah berasrama di Birmingham, Alabama. Sekolah itu telah mempertemukan Miles dengan Kolonel, Alaska, Takumi, Lara hingga mengenal Weekday Warriors. Di sanalah Miles mendapatkan julukan ‘Pudge’ dari Kolonel, yang tak lain teman satu kamar Miles.
Alaska Young seorang gadis yang seksi, emosional, pintar, berantakan, menggemari buku, namun hidupnya penuh dengan penyesalan. Mengenalnya perlahan membuat Miles jatuh ke dalam kehidupan yang tak terduga. Memberontak, membuat keributan, merokok hingga menenggak minuman keras kini sudah tersentuh oleh Miles sejak mengenal Alaska. Gadis yang menyukai ‘Kekacauan’.
            Alaska sering melontarkan pertanyaan pada sahabat-sahabatnya tentang, “Bagaimana cara keluar dari labirin penderitaan?”
            Jauh dari sikap berontak Alaska, Miles dan Kolonel mendengar kalau Alaska memiliki penyesalan seumur hidupnya yaitu saat usianya 9 tahun, ibunya kejang-kejang di depannya tapi ia hanya diam saja dan tak menelepon pihak penyelamat, mengira setelah ibunya tertidur setelah kejang-kejangnya berhenti tapi ternyata mati di depan Alaska.
SESUDAH
            Penyesalan yang berlanjut hingga membuat teka-teki pada Miles, Kolonel, Takumi dan Lara saat Alaska tiba-tiba meninggal karena kecelakaan. Tapi Miles dan Kolonel tidak serta merta menerima pernyataan itu, kematian Alaska begitu misterius.
Teka-teki
Bagaimana pribadimu keluar dari labirin penderitaan?
Ke mana Alaska hendak pergi sebelum kecelakaan?
Apa mungkin Alaska mati karena kecelakaan/bunuh diri?
Apa mungkin Alaska bunuh diri?
Apa kata-kata terakhir Alaska sebelum dia mati?
***
Kutipan yang cukup membuat saya sejenak tidak bernapas.
Kita tak pernah harus putus asa, sebab kita takkan pernah rusak tanpa dapat diperbaiki. Kita mengira kita tak terkalahkan karena memang demikian adanya. Kita tak bisa dilahirkan dan kita tak bisa mati. Seperti semua energi, kita hanya bisa mengubah bentuk, ukuran dan wujud. Mereka akan melupakan itu saat tua nanti. Mereka menjadi takut akan kehilangan dan kegagalan. Tapi bagian diri kita yang lebih besar dibandingkan jumlah bagian-bagian kita tak bisa berawal dan tak bisa berakhir, maka takkan bisa gagal. (Miles, hlm. 278)
***
Saya sangat terkesan dengan novel ini yang memaparkan setelah kematian menurut 3 agama yaitu Islam, Kristen dan Buddha yang diajarkan oleh si Bapak Tua, yang menurut Kolonel, guru itu sangat membosankan namun bagi Miles justru menarik sekali untuk disimak. Menelaah tentang apa yang terjadi setelah kematian? Islam dan Kristen yang menerangkan bahwa akan ada surga dan neraka. Dan Buddha yang menjelaskan manusia tidak memiliki jiwa yang kekal, sebaliknya manusia memiliki kumpulan energi, dan kumpulan energi ini dapat berpindah, berimigrasi dari satu tubuh ke tubuh lain, bereinkarnasi terus menerus sampai akhirnya mendapat pencerahan.
            Tapi sejujurnya saya hingga detik ini masih merasa kebingungan mengambil kesimpulan dari novel ini. Ada banyak yang hal yang saya simpulkan, dan saya tidak tahu apa itu benar atau tidak. Namun kesimpulan kecil yang saya ambil yaitu tidak berguna terus-terusan mengingat tentang kematian seseorang, karena lambat laun semuanya akan terlupakan dan hancur. ‘Mengingat’ sama saja dengan ‘membuat labirin penderitaan’ yang terus menyiksa diri dan kehilangan akan ‘Kemungkinan Besar’ harapan hidup yang lebih baik. Seperti Alaska Young.





Share '[Resensi Looking for Alaska] Kehidupan, Penderitaan, Penyesalan dan Kematian' On ...

Ditulis oleh: Alfy Maghfira - Rabu, 02 September 2015

1 Komentar untuk "[Resensi Looking for Alaska] Kehidupan, Penderitaan, Penyesalan dan Kematian"

  1. Download novel looking for Alaska versi pdf sila kunjungi link berikut :
    https://myebooknovel.blogspot.com/2020/07/looking-for-alaska-john-green.html

    BalasHapus