My Books

My Books
Araska Publisher, 2014. Ellunar, 2014, 2015, 2015.
I LOVE KAMPUS FIKSI - #KAMPUSFIKSI12

Cerpen-Melaju Di Atas Jalan

Melaju Di Atas Jalan
(Alfy Maghfira)

Hari ini, tangisku terus keluar memecah keheningan—menumpahkan seluruh lelah dan letih yang tertanam di dada. Dalam laju perjalanan pulang ke rumah di bawah lengkungan langit bersemburat jingga, tanganku yang mencengkeram roda kemudi perlahan mengendur, membiarkannya melaju sesuai hati ini.
jalan
Jalan

            Airmata yang membuat perjalanan ini melambat, namun suara klakson kendaraan lain pun menyadarkanku saat laju roda ini melenceng ke tempat yang berbahaya. Ia memperingatiku, dan aku tahu harus kembali  melindasi jalan yang aman dan semestinya.
            Sedikit menengadah, bantalan awan terlihat merayap menyisir langit seirama dengan lajuku yang terus berjalan, banyak hal yang kulewati, ada yang memikat dan memuakkan. Lalu sering pula aku berpapasan dengan pengendara yang lain, ada yang tancap gas seperti kesetanan adapula yang begitu lambat seperti ulat. Semua memiliki cara masing-masing begitupula aku.
Hari ini aku pulang dengan hati yang disesaki amarah, kebencian dan kecemburuan. Jalanan yang terbentang ini memamerkan spektrum-spektrum yang berbeda-beda, perbedaan itu pun membuat perjalanan ini kusadari tak begitu menjemukan. Seandainya semua itu tak ada, bumi ini pasti sudah terlalu monoton untuk dilalui.
Kulihat ada beberapa rumah yang membuatku semakin cemburu, seorang anak mengetuk pintu dan sang ibu datang memeluknya-menciuminya dan menanyakan apa saja yang dilakukannya hari ini, apakah lancar atau tidak. Adapula rumah yang begitu senyap, hanya dedaunan kering yang terempas angin  menyambutnya. Aku memahami orang sepertinya pastilah merasa malas hanya untuk pulang ke rumahnya sendiri.
“Hai, cepetan! Kok lambat banget bawa mobilnya!!” teriak seorang pengendara dari arah belakang.
Teriakan itu menyentakku untuk tidak membiarkan yang lain terhalangi jalannya karena keegoisanku yang terlena dengan apa yang kulihat di depan mata. Adakalanya tak mesti selalu melihat yang lain, jalanan harus terus kusisir, kupilih, dan kupastikan ke manakah laju ini kan melindas.
Tak terasa langit sudah dikawinkan dengan kegelapan. Jalanan pun semakin lama semakin tertelan pekatnya malam, aku perlu memendarkan lampu kendaraanku, menyoroti ke mana arah yang ingin kutuju, yang aman dan tak membuat celaka pengendara lain. Hidup ini kusadari tak cukup hanya berbekal tubuh saja, mutlaknya perlu perlengkapan.
Dalam keadaan yang dipeluk sepi, terkadang menjemukan hanya menatap betapa genitnya kedipan bintang, betapa beningnya supernova, betapa gemerlapnya pendaran cahaya gedung dan perumahan jika di sampingku hanya bertemankan angin. Aku butuh berceracau untuk mengisi kekosongan ini.
            Aku pasti akan tersenyum selebar dunia ini jika di atas laju jalan ini ada seseorang yang merecokiku, “Jangan ngebut-ngebut!!” Aku tahu dia gusar, jika aku terlalu tergesa-gesa menjalani hidup ini. Pasti dia akan mendengus kembali seperti ini, “Aku enggak mau mati sekarang!”
            Semua ingin mati dengan cara yang elegan.



Underline: Personifikasi

Share 'Cerpen-Melaju Di Atas Jalan' On ...

Ditulis oleh: Alfy Maghfira - Jumat, 25 Desember 2015

Belum ada komentar untuk "Cerpen-Melaju Di Atas Jalan"

Posting Komentar